7 Tahun Tak Dinafkahi, Ratna Puttileihalat Kembali Gugat Cerai Bupati SBB | Berita Maluku Online | Berita Terkini Dari Maluku Berita Maluku Online
Loading...

7 Tahun Tak Dinafkahi, Ratna Puttileihalat Kembali Gugat Cerai Bupati SBB

Dalam Waktu Dekat Siap Lapori Suami ke KPK

AMBON - BERITA MALUKU. Untuk ketiga kalinya bahkan yang terakhir, Ratna Puttileihalat, Istri Bupati Seram Bagian Barat Jacobus atau Bob Puttileihalat memperkarakan suaminya ke pengadilan.

Penyebab prahara itu karena lebih kurang tujuh tahun terakhir sejak awal 2007, Bob yang juga penguasa 10 tahun SBB itu tak menafkahi istrinya (dalam hukum disebut kewajiban alimentasi).

’’Sudah tujuh tahun kita pisah ranjang, pisah lain-lain. Sekarang saya sudah tinggal sendiri, sementara dia (Bob) tak pernah menafkahi saya dan anak-anak,’’ beber Ratna kepada media ini di Ambon, Kamis 5 September 2013.

Karena itu, ujar Ratna, pihaknya akan mengajukan gugatan ketiga dan menjadi upaya hukum terakhir pihaknya untuk menuntut cerai, meminta pembagian harta gono-gini, dan memperoleh keadilan di balik ketidakpedulian suaminya akan kewajiban alimentasi.

’’Kalau gugatan pertama dan kedua mungkin saya masih kompromi dengan maksud ada etikad baik dari dia (Bob) tapi kali ini tidak lagi, sebab kesabaran saya sebagai istri sudah habis. Saya pun tak mau dicap sebagai orang yang tidak menghargai wibawa peradilan,’’ tuturnya.

Ratna mengancam setelah gugatan cerai nanti diputuskan pengadilan, dia akan lanjutkan dengan gugatan pembagian harta gono-gini.

’’Setelah itu saya akan laporkan seluruh kasus penyalahgunaan keuangan dia, keluarganya, kroni-kroninya ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) di Jakarta. Kebetulan ada beberapa saudara saya yang punya jaringan di KPK.

Sebelum itu, kata Ratna, dirinya telah melapokan kasusnya ke Suster Brigitta Renjaan, salah satu pengurus teras Komisi Perlindungan Perempuan Maluku.

’’Kasus saya pun sudah disampaikan ke Komnas HAM melalui komisi anak dan perempuan di Jakarta. Bahkan, ada keluarga saya yang sudah siap memfasilitasi masalah saya ini ke Ibu Ana Latuconsina (anggota DPD RI asal Maluku) dan ke Menteri Pemberdayaan Perempuan,’’ jelasnya.

Dijelaskan Ratna, sewaktu pelaksanaan Musabaqah Tiwatil Qur’an (MTQ) Nasional ke-24 di Ambon, 11-16 Juni 2012, proses cerai dirinya dengan Bob Puttileihalat sudah masuk persidangan keenam kali.

’’Waktu itu saya terpaksa gugat cerai karena betapa sakit dan menderitanya saya menjalani kehidupan sebagai istri pejabat tanpa diberikan jaminan hidup dan fasilitas sebagai seorang istri pejabat,’’ kisahnya.

Namun, karena waktu itu seluruh pejabat pusat dan daerah harus menghadiri event Islami itu, sontak penting juga seorang pejabat didampingi istrinya.

’’Karena ada iming-iming dia (Bob) bahwa tuntutannya akan dipikirkan setelah MTQ, saya dengan etikad baik mencabut gugatan cerai di PN Ambon. Saya akhirnya cabut gugatan setelah berkali-kali dimintakan Ibu Yudith Louhenapessy/Tauran.

Tapi, kepada pengacara saya, saya bilang saya cabut perkara dengan catatan hak-hak saya dalam gugatan cerai saya itu harus dipenuhi setelah pelaksanaan MTQ. Tapi, janji dia tak pernah ditepati hingga saat ini. Sebagai suami, dia tak tahu diri. Keluarganya juga tak tahu diri, sekarang setelah saudara mereka jadi bupati baru mereka datang, tapi waktu susah hanya saya dan anak-anak yang jalani,’’ kisahnya lagi.

Ratna menambahkan sudah berkali-kali dirinya mengecak dan meminta transparansi Pemerintah Kabupaten SBB terkait tunjangan dan biaya operasional suaminya, tapi selalu saja dipimpong ke sana dan kemari.

’’Saya bingung, birokrasi SBB itu birokrasi seperti apa. Saya ke bupati dia bilang tanya ke Rivai Tamu (Bendahara Sekkab SBB), saya ke Rivai dia bilang tanya ke pak Bupati. Sebagai pegawai negeri sipil harusnya mereka tak boleh campur tangan dalam urusan pribadi pejabat. Saya kan hanya tanya berapa besar hak bupati dalam setahun. Dan tidak mungkin seorang istri tak memperoleh bagian dari hak dan fasilitas sedemikian rupa yang diperoleh suaminya sebagai seorang bupati,’’ keluhnya.

Ratna menuding suaminya tak tahu berterima kasih dan tak punya etikad baik untuk membalas kebaikan istrinya yang telah mengantarkan yang bersangkutan duduk sebagai orang nomor satu di Bumi Saka Messe Nusa selama dua periode, 2005/2011 dan 2011/2016.

’’Dia sudah janji mau bikin rumah untuk saya dan anak-anak, tapi sampai sekarang mana. Anak-anak saja masih tinggal pindah-pindah dari satu hotel ke hotel lain tanpa kepedulian seorang ayah. Kalau mau ceraikan saya, bicara baik-baik dan melalui prosedur yang baik. Seorang pejabat publik harusnya tidak seperti itu,’’ ulasnya.

Lebih jauh Ratna mengancam akan membeberkan ke publik insiden kekerasan yang diduga dilakukan suaminya dengan maksud membunuh dirinya saat masih berada di salah satu hotel berbintang di Jakarta pada akhir 2008.

’’Sampai sekarang saya masih simpan visum et repertum dari pihak dokter salah satu RS di Jakarta. Saya akan beber ini semua jika upaya hukum saya mandek di tengah jalan karena ada konspirasi untuk menggagalkan rencana saya ini,’’ urainya.

Khususnya menyangkut hutang baliho di salah satu perusahaan percetakan di Kota Ambon, Ratna mengakui sempat mendengarnya saat melakukan pemeriksaan kesehatan di Jakarta.

’’Waktu saya ada cek kesehatan di Jakarta, ada beberapa orang Maluku yang datang dan bilang informasi itu. Kalau memang apa yang dituntut perusahaan percetakan itu benar sesuai bukti-bukti yang ada, maka tak ada alasan bagi keluarga Bob, entah adik-adik atau kakaknya, harus tindak lanjuti (lunasi) itu, jangan sampai hal ini jadi preseden buruk. Jangan satu orang punya perbuatan, yang lain dan banyak orang yang tanggung malu. Saya setuju dan dukung kalau pihak yang dirugikan dalam kasus ini menggugat ke pengadilan,’’ tegasnya.

Bupati SBB Jacobus Puttileihalat yang berulang kali dikonfirmasi melalui ponselnya tak berhasil dilakukan. (bm 01)
Peristiwa 6087338536947592140
Beranda item

# Kota Ambon

Indeks

# ANEKA

Indeks