Pieris: Empat Pilar Cara Merecovery Nilai-Nilai Pancasila
http://www.beritamalukuonline.com/2013/07/pieris-empat-pilar-cara-merecovery.html
AMBON - BERITA MALUKU. Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Maluku, John Pieris, dalam sosialisasi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara di Ambon, Sabtu malam (6/7) kemarin, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu cara agar nilai-nilai luhur pancasila, UUD 1945, bhineka tunggal ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dapat dipahami seluruh lapisan masyarakat.
“Empat pilar ini salah satu upaya untuk merecovery nilai-nilai luhur pancasila,” kata John Pieris di hadapan 230-an kader Forum Komunikasi Putra/Putri Purnawirawan TNI/Polri se-pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease.
Empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yakni pancasila, UUD 1945, bhineka tunggal ika dan NKRI.
John Pieris mengatakan, kemajemukan dan perbedaan dalam masyarakat Indonesia, baik itu agama, ras dan lainnya, bukan menjadi alasan agar bangsa ini berdiri berserikat, karena NKRI merupakan harga mati.
“Sejarah telah membuktikan bahwa perjuangan lokal yang bersifat partial itu tidak kuat,” katanya.
Ia mengimbau agar setiap orang menghargai perbedaan dan menerapkan sikap hidup yang mencerminkan nilai-nilai luhur pancasila dalam bermasyarakat.
Dalam paparannya, John Pieris menjelaskan bahwa pemahaman empat pilar itu diperlukan agar pancasila dipahami dengan baik sebagai dasar negara, idiologi dan falsafah bangsa. UUD 1945 dipahami sebagai konstitusi tertulis dan hukum dasar negara yang mengatur tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan. Dan, agar bhineka tunggal ika sebagai semboyan bangsa Indonesia semakin diresapi dalam jiwa segenap anak bangsa. Sementara NKRI terus diperkuat pemahamannya sebagai bentuk yang ideal.
Materi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yang dibukukan dengan judul yang sama, juga berisi sambutan pimpinan tim sosialisasi MPR RI yang diketuai Agun Gunanjar Sudarsa.
Dalam sambutannya, Sudarsa mengatakan, sejak awal berdirinya NKRI, para pendiri negara menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang mejemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima dan dihormati, kemudian diwujudkan dalam semboyan bhineka tunggal ika.
“Namun tanpa disadari, ketidakmampuan mengelola kemajemukan dan ketidaksiapan sebagian masyarakat menerima kemajemukan tersebut, serta pengaruh keberlanjutan politik ‘devide et impera’ telah mengakibatkan terjadinya berbagai gejolak yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa,” katanya.
Ia menjelaskan, hal tersebut berpotensi menimbulkan ketidakadilan, konflik vertikal antar pusat dan daerah maupun horizontal antar berbagai unsur masyarakat, pertentangan idiologi, agama, kemiskinan struktural, kesenjangan sosial dan lain-lain.
“Komitmen kebangsaan pada hakekatnya adalah usaha meningkatkan nasionalisme dan rasa kebangsaan sebagai satu bangsa yang bersatu dan berdaulat dalam wilayah Negara Kesatuan Indonesia,” Tegasnya. (RM)
“Empat pilar ini salah satu upaya untuk merecovery nilai-nilai luhur pancasila,” kata John Pieris di hadapan 230-an kader Forum Komunikasi Putra/Putri Purnawirawan TNI/Polri se-pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease.
Empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yakni pancasila, UUD 1945, bhineka tunggal ika dan NKRI.
John Pieris mengatakan, kemajemukan dan perbedaan dalam masyarakat Indonesia, baik itu agama, ras dan lainnya, bukan menjadi alasan agar bangsa ini berdiri berserikat, karena NKRI merupakan harga mati.
“Sejarah telah membuktikan bahwa perjuangan lokal yang bersifat partial itu tidak kuat,” katanya.
Ia mengimbau agar setiap orang menghargai perbedaan dan menerapkan sikap hidup yang mencerminkan nilai-nilai luhur pancasila dalam bermasyarakat.
Dalam paparannya, John Pieris menjelaskan bahwa pemahaman empat pilar itu diperlukan agar pancasila dipahami dengan baik sebagai dasar negara, idiologi dan falsafah bangsa. UUD 1945 dipahami sebagai konstitusi tertulis dan hukum dasar negara yang mengatur tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan berpemerintahan. Dan, agar bhineka tunggal ika sebagai semboyan bangsa Indonesia semakin diresapi dalam jiwa segenap anak bangsa. Sementara NKRI terus diperkuat pemahamannya sebagai bentuk yang ideal.
Materi empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yang dibukukan dengan judul yang sama, juga berisi sambutan pimpinan tim sosialisasi MPR RI yang diketuai Agun Gunanjar Sudarsa.
Dalam sambutannya, Sudarsa mengatakan, sejak awal berdirinya NKRI, para pendiri negara menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang mejemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima dan dihormati, kemudian diwujudkan dalam semboyan bhineka tunggal ika.
“Namun tanpa disadari, ketidakmampuan mengelola kemajemukan dan ketidaksiapan sebagian masyarakat menerima kemajemukan tersebut, serta pengaruh keberlanjutan politik ‘devide et impera’ telah mengakibatkan terjadinya berbagai gejolak yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa,” katanya.
Ia menjelaskan, hal tersebut berpotensi menimbulkan ketidakadilan, konflik vertikal antar pusat dan daerah maupun horizontal antar berbagai unsur masyarakat, pertentangan idiologi, agama, kemiskinan struktural, kesenjangan sosial dan lain-lain.
“Komitmen kebangsaan pada hakekatnya adalah usaha meningkatkan nasionalisme dan rasa kebangsaan sebagai satu bangsa yang bersatu dan berdaulat dalam wilayah Negara Kesatuan Indonesia,” Tegasnya. (RM)