Distan Bursel Programkan Cetak 400 Hektare Sawah
http://www.beritamalukuonline.com/2013/06/distan-bursel-programkan-cetak-400.html
AMBON - BERITA MALUKU. Dinas Pertanian Buru Selatan, Maluku, memprogramkan pencetakan 400 hektare sawah pada 2013 dalam rangka menyangga kebutuhan beras masyarakat di sana.
"Seluas 400 ha sawah itu dikembangkan di desa Fugi 250 ha, sedangkan 150 ha lainnya di desa Sekat," kata Kepala Dinas Pertanian Buru Selatan Ali Wael di Ambon, Minggu.
Pengembangan sawah 400 ha ini merupakan program percontohan, menyusul kabupaten ini dimekarkan dari Maluku pada 16 September 2008.
Pengembangannya juga didukung pembangunan bendung untuk irigasi seperti di Waemulang yang bila rampung ditargetkan mengairi 700 ha sawah.
Pencetakan sawah baru dilaksanakan karena sebelumnya membangun sarana irigasi dan menyiapkan petani penggarap dengan menyertakan magang di dataran Mako, Waiapo, Kabupaten Buru.
"Sebenarnya di Buru Selatan terdapat lahan potensial seluas ribuan hektare untuk pengembangan sawah, namun terbentur sarana dan prasarana irigasi yang baru dibangun," ujar Ali.
Dia mengemukakan, berdasarkan koordinasi dengan Dinas Pertanian Maluku diprogramkan pencetakan sawah seluas 1.500 - 2.000 ha di kecamatan Leksula, 1.000 ha di Kepala Madan serta masing- masing 500 ha di Waesama dan Namrole.
Buru Selatan juga mengembangkan padi lahan kering seluas 500 ha di kecamatan Waesama. Hasil panen beberapa waktu lalu mencapai 10 ton gabah kering giling.
Sebelumnya Kadis Pertanian Maluku, Diana Padang menyatakan, terobosan dilaksanakan untuk mencetak sawah di Kabupaten memiliki prospek ekonomis lainnya sehingga mengantisipasi tidak terpenuhinya target produksi padi sejak 2012 akibat penambangan emas di kawasan Gunung Botak, Kabupaten Buru.
"Pulau Buru sejak 15 tahun terakhir ditetapkan sebagai lumbung padi Maluku dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat di provinsi ini, tetapi dengan keberadaan pertambangan emas liar semua program yang dilakukan selama ini menjadi mubasir. Petani lebih tergiur menjadi penambang karena pendapatannya berlipat ganda," katanya.
Bahkan, sebanyak lima hingga 10 hektare sawah yang telah ditanam tetapi tidak dipanen oleh petani dan lahannya juga dibiarkan terbengkalai oleh pemiliknya karena telah beralih menjadi penambang emas.
Dampak lain dari penambangan liar Gunung Botak yakni target produksi padi Maluku sebanyak 115 ton gabah kering giling (GKG) tahun 2012 tidak tercapai.
"Hasil produksi padi dari seluruh wilayah Maluku tahun 2012 hanya tercapai 84.270 ton GKG. Hal ini karena 1.000 hektar sawah di Pulau Buru yang tidak ditanam maupun dipanen oleh petani," ujar Diana.
Sedangkan untuk tahun 2013, Dinas pertanian Maluku terpaksa menurunkan target produksinya menjadi 98 ton GKG.
"Kami telah menandatangani kontrak dan kesepakatan dengan Dirjen Pertanian untuk produksi beras Maluku tahun 2013 sebesar 98 ton GKG. Tetapi dengan kondisi penambangan liar di Gunung Botak, dikhawatirkan targetnya tidak akan tercapai dikarenakan tidak ada lagi petani yang mau menggarap sawahnya," katanya. (ant/bm10)
"Seluas 400 ha sawah itu dikembangkan di desa Fugi 250 ha, sedangkan 150 ha lainnya di desa Sekat," kata Kepala Dinas Pertanian Buru Selatan Ali Wael di Ambon, Minggu.
Pengembangan sawah 400 ha ini merupakan program percontohan, menyusul kabupaten ini dimekarkan dari Maluku pada 16 September 2008.
Pengembangannya juga didukung pembangunan bendung untuk irigasi seperti di Waemulang yang bila rampung ditargetkan mengairi 700 ha sawah.
Pencetakan sawah baru dilaksanakan karena sebelumnya membangun sarana irigasi dan menyiapkan petani penggarap dengan menyertakan magang di dataran Mako, Waiapo, Kabupaten Buru.
"Sebenarnya di Buru Selatan terdapat lahan potensial seluas ribuan hektare untuk pengembangan sawah, namun terbentur sarana dan prasarana irigasi yang baru dibangun," ujar Ali.
Dia mengemukakan, berdasarkan koordinasi dengan Dinas Pertanian Maluku diprogramkan pencetakan sawah seluas 1.500 - 2.000 ha di kecamatan Leksula, 1.000 ha di Kepala Madan serta masing- masing 500 ha di Waesama dan Namrole.
Buru Selatan juga mengembangkan padi lahan kering seluas 500 ha di kecamatan Waesama. Hasil panen beberapa waktu lalu mencapai 10 ton gabah kering giling.
Sebelumnya Kadis Pertanian Maluku, Diana Padang menyatakan, terobosan dilaksanakan untuk mencetak sawah di Kabupaten memiliki prospek ekonomis lainnya sehingga mengantisipasi tidak terpenuhinya target produksi padi sejak 2012 akibat penambangan emas di kawasan Gunung Botak, Kabupaten Buru.
"Pulau Buru sejak 15 tahun terakhir ditetapkan sebagai lumbung padi Maluku dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat di provinsi ini, tetapi dengan keberadaan pertambangan emas liar semua program yang dilakukan selama ini menjadi mubasir. Petani lebih tergiur menjadi penambang karena pendapatannya berlipat ganda," katanya.
Bahkan, sebanyak lima hingga 10 hektare sawah yang telah ditanam tetapi tidak dipanen oleh petani dan lahannya juga dibiarkan terbengkalai oleh pemiliknya karena telah beralih menjadi penambang emas.
Dampak lain dari penambangan liar Gunung Botak yakni target produksi padi Maluku sebanyak 115 ton gabah kering giling (GKG) tahun 2012 tidak tercapai.
"Hasil produksi padi dari seluruh wilayah Maluku tahun 2012 hanya tercapai 84.270 ton GKG. Hal ini karena 1.000 hektar sawah di Pulau Buru yang tidak ditanam maupun dipanen oleh petani," ujar Diana.
Sedangkan untuk tahun 2013, Dinas pertanian Maluku terpaksa menurunkan target produksinya menjadi 98 ton GKG.
"Kami telah menandatangani kontrak dan kesepakatan dengan Dirjen Pertanian untuk produksi beras Maluku tahun 2013 sebesar 98 ton GKG. Tetapi dengan kondisi penambangan liar di Gunung Botak, dikhawatirkan targetnya tidak akan tercapai dikarenakan tidak ada lagi petani yang mau menggarap sawahnya," katanya. (ant/bm10)