Pemukiman Kayu Putih Ambon Retak, Warga Resah
http://www.beritamalukuonline.com/2013/05/pemukiman-kayu-putih-ambon-retak-warga.html
AMBON – BERITA MALUKU. Memasuki musim penghujan di kota Ambon pada Mei hingga Agustus tahun ini, membuat puluhan warga di RT 01/RW 04 Dusun Kayu Putih, Kecamatan Sirimau Kota Ambon resah. Pasalnya tanah di lokasi dimana mereka tinggal yang sudah mengalami keretakan sebelumnya, ditakutkan akan mengalami keretakan yang lebih parah lagi.
"Kami sangat resah, takutnya air merembes saat hujan sehingga keretakan tanah semakin parah dan rumah kami bisa roboh atau rusak berat," kata seorang warga setempat, Marthen, di Ambon, Jumat (10/5).
Marthen mengatakan keretakan tanah yang terjadi sejak Januari 2012 itu hingga saat ini belum ada perhatian dari Pemkot Ambon maupun badan teknis untuk program penanganannya.
Padahal, lanjutnya, laporan sudah disampaikan kepada Pemkot Ambon maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
"Jangankan bantuan tanggap darurat. Pendataan rumah yang roboh maupun mengalami kerusakan saja belum dilakukan," katanya.
Marthen berharap Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy segera mengarahkan staf maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis agar mendata dan memprogramkan penanganan permukiman retak di Kayu Putih.
"Pemkot jangan hanya menangani warga Batugajah yang permukimannya juga retak, kami di Kayu Putih juga butuh penanganan," katanya.
Menurut Marthen, keretakan tanah di Batugajah terjadi pada Agustus 2012 dan Pemkot Ambon sudah memprogramkan relokasi warga setempat ke daerah lain.
Senada Marthen, warga RT 01/ RW 04 dusun Kayu Putih, Berty pun mengatakan Pemkot Ambon kurang peduli terhadap para korban di daerah permukiman itu.
"Ada 18 rumah warga yang rusak total sehingga penghuninya harus mengungsi dengan biaya sendiri atau menginap di sanak keluarga," katanya menandaskan.
Begitu pun sebagian besar dari 61 unit rumah di sana mengalami rusak ringan hingga berat, tanpa ada perhatian serius dari Pemkot Ambon, lanjutnya.
Berty mengaku telah melaporkan musibah yang dialaminya bersama warga lain yang juga menjadi korban ke Pemkot Ambon.
"Tapi sejauh ini baru ada peninjauan tanpa ada penjelasan maupun perhatian serius terhadap kami, para korban," katanya.
"Kami terpaksa gotong royong memperbaiki jalan masuk ke permukiman yang rusak total dan warga memilih mengungsi karena tidak bisa bertahan hidup di sana," tambahya.
Menurut Berty, warga yang mengungsi akibat permukiman retak termasuk anak Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy.
Wali Kota Richard Louhenapessy dan Kepala BPBD Brury Cokro belum bisa dikonfirmasi karena sedang rapat staf. (ant/bm 10)
"Kami sangat resah, takutnya air merembes saat hujan sehingga keretakan tanah semakin parah dan rumah kami bisa roboh atau rusak berat," kata seorang warga setempat, Marthen, di Ambon, Jumat (10/5).
Marthen mengatakan keretakan tanah yang terjadi sejak Januari 2012 itu hingga saat ini belum ada perhatian dari Pemkot Ambon maupun badan teknis untuk program penanganannya.
Padahal, lanjutnya, laporan sudah disampaikan kepada Pemkot Ambon maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
"Jangankan bantuan tanggap darurat. Pendataan rumah yang roboh maupun mengalami kerusakan saja belum dilakukan," katanya.
Marthen berharap Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy segera mengarahkan staf maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis agar mendata dan memprogramkan penanganan permukiman retak di Kayu Putih.
"Pemkot jangan hanya menangani warga Batugajah yang permukimannya juga retak, kami di Kayu Putih juga butuh penanganan," katanya.
Menurut Marthen, keretakan tanah di Batugajah terjadi pada Agustus 2012 dan Pemkot Ambon sudah memprogramkan relokasi warga setempat ke daerah lain.
Senada Marthen, warga RT 01/ RW 04 dusun Kayu Putih, Berty pun mengatakan Pemkot Ambon kurang peduli terhadap para korban di daerah permukiman itu.
"Ada 18 rumah warga yang rusak total sehingga penghuninya harus mengungsi dengan biaya sendiri atau menginap di sanak keluarga," katanya menandaskan.
Begitu pun sebagian besar dari 61 unit rumah di sana mengalami rusak ringan hingga berat, tanpa ada perhatian serius dari Pemkot Ambon, lanjutnya.
Berty mengaku telah melaporkan musibah yang dialaminya bersama warga lain yang juga menjadi korban ke Pemkot Ambon.
"Tapi sejauh ini baru ada peninjauan tanpa ada penjelasan maupun perhatian serius terhadap kami, para korban," katanya.
"Kami terpaksa gotong royong memperbaiki jalan masuk ke permukiman yang rusak total dan warga memilih mengungsi karena tidak bisa bertahan hidup di sana," tambahya.
Menurut Berty, warga yang mengungsi akibat permukiman retak termasuk anak Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy.
Wali Kota Richard Louhenapessy dan Kepala BPBD Brury Cokro belum bisa dikonfirmasi karena sedang rapat staf. (ant/bm 10)