Karena Kurang Rawat, Latupati Minta Situs Sejarah Pattimura Dibenahi
http://www.beritamalukuonline.com/2013/05/karena-kurang-rawat-latupati-minta.html
Diorama Pattimura |
"Biasanya menjelang peringatan HUT pahlawan nasional asal Maluku Thomas Matulessy setiap 15 Mei baru dibenahi, sehingga kurang terjamin perawatannya," katanya, di Ambon, Kamis (9/5).
Bangunan dan lokasi bersejarah yang kurang terawat tersebut, menurut Jhon, antara lain Gunung Saniri yang menjadi lokasi perundingan untuk menyerang benteng Duurstede.
Selama ini, saat peringatan HUT Pattimura, lokasi perundingan itu merupakan tempat pembuatan api untuk membakar obor Pattimura yang akan diseberangkan ke Negeri Tulehu, pulau Ambon dan selanjutnya dibawa lari secara estafet melalui Negeri - Negeri adat hingga finish di kawasan Pattimura Park, Kota Ambon sebagai lokasi upacara.
Situs lainnya adalah benteng Duurstede yang berhasil diduduki Pattimura dan kawan - kawan serta pantai Waisisil di Saparua yang merupakan lokasi pelabuhan penjajah Belanda saat itu.
"Aset sejarah bernilai tinggi itu harus dibenahi secara rutin agar mendorong kunjungan wisatawan, ilmuwan atau peneliti, juga mahasiswa dan pelajar," kata Jhon.
Disinggung tentang rencana peringatan Hari Pattimura tahun ini digelar di Saparua, ia mengatakan sejumlah komponen bangsa baik di Maluku maupun luar daerah ada yang menyatakan keberatan.
Pernyataan Raja (sapaan kepala desa di Maluku) Negeri Sirisori Islam itu terkait kesepakatan Pemprov Maluku, Pemkot Ambon dan Pemkab Maluku Tengah mengalihkan lokasi upacara peringatan HUT Pattimura ke - 196 pada 15 Mei 2013 ke Kota Saparua.
Pemerintah daerah menyatakan pengalihan itu mempertimbangkan stabilitas keamanan Kota Ambon terutama menjelang Pilkada Maluku pada 11 Juni 2013.
Karel Albert Ralahalu dalam kapasitas Gubernur Maluku periode kedua yang berakhir 15 September 2013 menyatakan dirinya ingin memimpin upacara peringatan HUT Pattimura terakhir di desa kelahiran pahlawan nasional tersebut.
Sebelumnya ahli waris Pattimura, Frans Matulessy(41), menolak lokasi upacara peringatan HUT dialihkan ke Kota Saparua dengan alasan keamanan.
"Sekiranya keputusannya demikian, maka itu sama dengan mencoreng nilai sejarah yang diwariskan para leluhur," katanya.
Keturunan kesembilan pahlawan nasional Thomas Matulessy itu mengemukakan peringatan HUT yang setiap tahun dilaksanakan di kawasan Pattimura Park Kota Ambon itu diputuskan Gubernur Maluku, Johannes Latuharhary pada 1951.
"Jadi sekiranya pertimbangan keamanan sehingga peringatan dialihkan ke tempat kelahiran Pattimura, Saparua, maka itu sama dengan mencoreng nilai sejarah dan adat - istiadat yang dilestarikan selama ini," ujar Frans.
Pengalihan peringatan ke Saparua juga menunjukkan citra negatif terhadap stabilitas keamanan Kota Ambon karena pastinya terbangun penilaian bahwa ibu kota Provinsi Maluku ini belum aman.
"Saya menangis mendengar lokasi peringatan pahlawan nasional itu dialihkan ke Saparua karena soal keamanan itu khan tanggung jawab Polisi dan TNI," tegas Frans.
Sementara itu, Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy menegaskan pemerintah daerah bersama seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di Kota Ambon sepakat mengalihkan lokasi perayaan demi stabilitas keamanan.
Ia menandaskan bahwa insiden bentrokan antarwarga menjelang peringatan Hari Pattimura tahun 2012 menjadi catatan penting pelaksanaan upacara Pattimura tahun 2013.
"Pelaksanaan upacara harus dikaji dari sisi pertimbangan faktor sosial serta keamanan, bukan hanya prosesi ritual adat karena insiden seperti ini tidak dapat diprediksi," ujarnya.
Ia mengakui perayaan HUT walaupun tanpa menggunakan api induk yang dibawa secara berantai dari Saparua ke Ambon oleh para pemuda, tetapi dirayakan dalam suasana kebatinan di bawah tugu Pattimura di Ambon.
"Suasana kebatinan 15 Mei tetap ada, walaupun lokasi dialihkan tetapi kita dekorasi seperti tahun sebelumnya, agar warga kota tetap merasakan suasana perayaan," kata Richard. (ant/bm 10)