=Bing Leiwakabessy = Maestro Gitar Hawaian dari Maluku
http://www.beritamalukuonline.com/2013/05/bing-leiwakabessy-maestro-gitar-hawaian.html
ALUNAN musik telah menyatu dalam kehidupan orang Maluku. Alam ikut membentuk tipikal anak-anak negeri ini dalam berolah vokal maupun memainkan alat-alat musik dengan padu sama persis suara ombak bersahut-sahutan memecah di bibir pantai jazirah Al Muluk.
Namun, nuansa alami seperti itu kian tergerus zaman karena anak muda Maluku saat ini lebih ’pawela’ dengan musik-musik asing dan sok pintar dengan genre musik lain.
Beruntung masih ada Bing Leiwakabessy, maestro gitar hawaian asal Maluku yang sudah masuk 89 tahun namun eksis di jenis musik asal Kepulauan Hawai ini.
’’Kita memberikan gelar Maestro kepada Om Bing Leiwakabessy sebagai bentuk apresiasi tinggi terhadap seniman lokal yang masih bertahan dengan jenis musik tradisional yang satu ini,’’ ungkap Nus Tiwery, Kepala Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku dan Maluku Utara di Ambon, Kamis, 9 Mei 2013.
Untuk mencari penerus-penerus Om Bing, lanjut Nus, dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar lomba (festival) hawaian. ’’Lomba ini bertujuan mencari pemain-pemain gitar hawaian yang andal dan kelak mampu menunjukkan kualitas mereka di level nasional dan internasional,’’ ungkap pria Lawawang, Babar Timur, Maluku Barat Daya ini.
Di usi senja, Om Bing masih terus menggerakan jari jemarinya untuk memainkan alat musik yang satu ini. Jika anak-anaknya, Georgia, Harry, dan Paula, lebih condong ke dunia tarik suara, Om Bing justru setia di belakang menyokong kolaborasi irama agar padu menyukseskan pentas.
’’Mungkin setelah era Om Bing, Maluku akan krisis pemain-pemain gitar hawaian yang moncer dan berkelas dunia,’’ kesan Nus.
Eksistensi musik hawaian yang masih dilestarikan Om Bing menjadi referensi tersendiri di tengah kekurangpedulian pejabat Maluku untuk menghargai kiprah musisi lokal. Om Bing menjadi sosok ironi di tengah keinginan Pemkot Ambon memasang ikon ’’Ambon City of Music’’.
Saatnya elite lokal dan generasi muda merenungkan elegi ini sebelum datang invasi musik lain yang akhirnya mematikan kearifan lokal yang kini tersesak hiruk pikuk modernitas. Musik hawaian kini melantunkan nada keprihatinan melalui angin sibu-sibu yang meninabobokan kita sendiri. (rony samloy)
Namun, nuansa alami seperti itu kian tergerus zaman karena anak muda Maluku saat ini lebih ’pawela’ dengan musik-musik asing dan sok pintar dengan genre musik lain.
Beruntung masih ada Bing Leiwakabessy, maestro gitar hawaian asal Maluku yang sudah masuk 89 tahun namun eksis di jenis musik asal Kepulauan Hawai ini.
’’Kita memberikan gelar Maestro kepada Om Bing Leiwakabessy sebagai bentuk apresiasi tinggi terhadap seniman lokal yang masih bertahan dengan jenis musik tradisional yang satu ini,’’ ungkap Nus Tiwery, Kepala Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku dan Maluku Utara di Ambon, Kamis, 9 Mei 2013.
Untuk mencari penerus-penerus Om Bing, lanjut Nus, dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar lomba (festival) hawaian. ’’Lomba ini bertujuan mencari pemain-pemain gitar hawaian yang andal dan kelak mampu menunjukkan kualitas mereka di level nasional dan internasional,’’ ungkap pria Lawawang, Babar Timur, Maluku Barat Daya ini.
Di usi senja, Om Bing masih terus menggerakan jari jemarinya untuk memainkan alat musik yang satu ini. Jika anak-anaknya, Georgia, Harry, dan Paula, lebih condong ke dunia tarik suara, Om Bing justru setia di belakang menyokong kolaborasi irama agar padu menyukseskan pentas.
’’Mungkin setelah era Om Bing, Maluku akan krisis pemain-pemain gitar hawaian yang moncer dan berkelas dunia,’’ kesan Nus.
Eksistensi musik hawaian yang masih dilestarikan Om Bing menjadi referensi tersendiri di tengah kekurangpedulian pejabat Maluku untuk menghargai kiprah musisi lokal. Om Bing menjadi sosok ironi di tengah keinginan Pemkot Ambon memasang ikon ’’Ambon City of Music’’.
Saatnya elite lokal dan generasi muda merenungkan elegi ini sebelum datang invasi musik lain yang akhirnya mematikan kearifan lokal yang kini tersesak hiruk pikuk modernitas. Musik hawaian kini melantunkan nada keprihatinan melalui angin sibu-sibu yang meninabobokan kita sendiri. (rony samloy)