Cerita Pulau Kisar: Pulau Kisar dalam Bingkai Sejarah
http://www.beritamalukuonline.com/2013/04/cerita-pulau-kisar-pulau-kisar-dalam.html
Sesungguhnya untuk mendapatkan dan menentukan nama dari sebuah pulau, yang merupakan ciptaan dan anugerah Sang Khalik, butuh fakta sejarah yang mengisahkan ciri-ciri serta karakteristik pulau itu. Ambil contoh Pulau Kisar yang dalam bahasa para leluhur disebut ’’Joto Wawa-Daisuli’’.
Oleh : Theo Rehiraky
RANGKUMAN kata atau kalimat majemuk dari Joto Wawa-Daisuli adalah ’’OKNO WAWAN-DAI HULI’’, yang secara etimologis berarti Anugerah Dari Atas Yang Tidak Rusak. Jika dipandang dari sudut karakterisitik pulau dan keberadaannya, Kisar selalu disebut dalam ajaran tanah sejak leluhur yakni ’’NOHO KUKUTA-RAI KEKEE’’, ’’ILI MEHE LOI-WATU MEHE PALI’’, yang berarti ’’Pulau terpencil, Pulau/tanah sendiri timbul dan terapung’’.
Inilah nama asli Kisar menurut kondisi nyata keberadaannya di zaman dulu sesuai ajaran tanah dan sebutan leluhur saat itu. Bertolak dari zaman batu, zaman prasejarah, dan zaman sejarah, maka Jotowawa-Daisuli mulai dihuni penduduk walaupun saat itu masih bersifat koloni komunitas yang dalam bahasa tanah disebut ’’MAN MAI NOMUN OIR-HARNA AU’’, artinya orang yang datang mencari tempat tinggal.
Akibat eksodus dan mobilisasi penduduk di pulau ini, sebutan Jotowawa mulai tereliminasi di dalam bahasa publik. Kata Jotowawa-Daisuli hanya dipakai dalam forum adat/tradisi. Nama Kisar mulai mengemuka dan dikenal oleh publik dan negara luar, sebutan negara luar mulai dipakai.
Sebutan Kisar bermuara dari kisah kedatangan kapal Vereenigde Ost Compagnie (VOC) bernama Jan de Klein yang dinakhodai Kapten Jan Blime beserta tiga ABK masing-masing Matthijs, Trouwt, dan Jan Dirks. Kapal tersebut tiba di Jotowawa pada pelabuhan alam yang bernama Kiahar pada 9 Juni 1664. Mereka bertanya pada penduduk setempat, yang menghuni Joto saat itu, tentang tempat dan nama pulau ini. Oleh penduduk setempat dijawab ’’KIAHAR’’ sesuai nama pelabuhan alam tersebut. Dan persis saat itu di bibir tebing laut Kiahar/Kiasar dipajang ukiran cap VOC dan pelabuhan Kiasar dan negeri yang merupakan koloni komunitas penduduk masuk dan menghuni pulau ini mulai dikenal .
Mulai 11 Agustus 1664, nama Jotowawa berubah menjadi Kiasar-Kesser-Makisar-Kissar kemudian oleh Resistentie van Banda, pulau ini yang awalnya bernama Jotowawa berubah menjadi Kisar. Nama Kisar kemudian dibukukan VOC dan kontak kerja dengan VOC di Banda (Wasna) mulai terjalin apik.
Sejarah merupakan kisah masa lampau yang perlu disejarahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Praktis generasi saat ini mesti belajar dari pengalaman sejarah masa lampau untuk mempertahankan jati diri dan membangun masa depan. Belajar dari kisah ini, lembaran perjalanan sejarah Kisar terurai sebagai berikut;
- Negeri Joto dan Pelabuhan alam Kiahar-Kiasar mulai berpindah pada 11 Juli 1665 yang dibarengi dengan terbentuknya negeri Woorili Sokolay, dan pelabuhan Here Yulu-Nama Lain, yang sekarang disebut negeri Wonreli, dan Pantai Nama.
-Pada 11 Juli 1665 peletakan batu pertama pusat pemerintahan VOC, benteng Delfshaven yang bertempat di negeri Kota Lama (Dei Mound Van Delfshaven) yang dalam sebutan adat ’’Dimata Dalusama’’.
-Pada 9 Mei 1668 benteng Delfshaven diresmikan VOC sebagai pusat pemerintahan VOC. Pada 16 Mei 1668 Residentie van Banda mengirimkan 16 serdadu VOC di bawah pimpinan Leutnan Abner Rous untuk mengawal pemerintahan di Wonreli (Benteng Delfshaven).
-Ketika VOC mulai berkedudukan di Kisar, terutama di Wonreli, negeri-negeri tua yang masih bersifat koloni mulai membentuk negeri yang disebut Ili Woneme Dara Wooiku yang artinya Negeri 6 bukit dan 7 Tataran. Negeri-negeri tersebut adalah Woorili Sokolay bersama negeri kliennya, Manheri-Mauhara. Negeri-negeri ini yang membentuk etnis Meher dan Oirata (Woirata) di Kisar.
-Pada 15 Mei 1668 peletakan batu pertama Benteng Volenhaven yang merupakan pusat pertahanan dan gudang loji VOC di pantai Nama.
-Pada 15 Mei 1777 Benteng tersebut dijadikan pusat pertahanan guna mengamankan Expansi Christian Carouw yang dimandatkan kepada Komandan Class von Banda dipimpin Letnan Carel van Roosenburg dan wakilnya Kopral serdadu Jems Pieter van Lerck. Benteng tersebut dihuni 126 serdadu VOC yang diutus dari Banda.
-Pada 17 Januari 1783 di Wonreli didirikan gereja tua dan pusat pembaptisan umat sarani secara massal oleh pendeta VOC.
-Pada 12 September 1892, Wonreli dinyatakan oleh Residentie van der Houth sebagai ibu kota Zuid Western Eilanden.
-Dengan didirikannya Benteng Delfshaven, Vollenhaven, gereja tua Wonreli, serta Wonreli dinyatakan sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan Zuid Wester Eilanden oleh Residentie van der Houth, roda pemerintahan mulai dilaksanakan oleh VOC di pulau ini dengan membagi pos-pos pembantu di Wetar, Letti, Moa, Romang, Sermatang-Luang, Damer, Tepa/Babar yang semuanya berjumlah 8 Posthouder yang masing-masing dipimpin serdadu VOC.
-Dan pada masa pemerintahan Residentie van der Houth, terbentuklah 8 desa serta 1 desa colonial Die Mound van Delfshaven/Kota Lama di Kisar. Dan pada masa kemerdekaan negeri/desa-desa tersebut disahkan sebagai negeri/desa geonologi di Kisar.
-Pada zaman penjajahan maupun zaman rekapitulasi, Kisar dijadikan sebagai pusat pendidikan, walaupun saat itu pengembangan pendidikan masih serba terbatas.
-Kisar, merupakan pintu gerbang masuk Selatan Daya dan kini merupakan beranda terdepan, batas NKRI dengan Timor Leste. Bertolak dari hamparan sejarah di atas, roda sejarah terus berjalan dan membingkai kisah perjalanan pulau ini. Oleh pemerintah RI dalam menyikapi amanat UU. No. 31 Tahun 2008 tentang Pemekaran Kabupaten MBD, Kisar masih dianugerahi kota penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari (interim) sambil mempersiapkan Tiakur, Moa, sebagai ibu kota definitive MBD.
-Salam Kalwedo juga berkumandang dalam bingkai entitas Kisar yang kurang mengental dengan istilah ini. Meski begitu, Kisar tetap punya peran krusial dalam penyatuan tekad masyarakat MBD di atas tuntunan falsafah ’’Mede Melay Patar Luono’’. Memori pemerintahan MBD disusun dan tercatat dalam bingkai sejarah Kisar, pulau gersang, namun menyejukan dan memberi berkat kehidupan.
Kini, Kabupaten MBD tumbuh dalam semangat Kalwedo. Ayunan langkah masyarakat telah terpatri untuk membangun wilayah itu seirama dengan tuntutan otonomisasi. Kiranya MBD menjadi bingkai sejarah yang pada gilirannya bercerita bagi masyarakat dan gugus Pulau MBD mulai dari Lirang sampai Dawelor-Dawera, bahwa berbeda, tapi tetap satu visi membangun peradaban yang elegan dan toleran. Kisar yang memiliki luas 117,07 Km2 dan berpenghuni lebih dari 15.876 orang pernah menjadi sungai Jordan yang dilalui Ina-Ama, Ama Yai maupun Ina-Nara Ama Hyali guna memasuki Kanaan:tanah yang penuh air susu dan madu. Kelimpahan sumber daya alam (SDA) di darat dan di laut merupakan air susu dan madu yang disiapkan TUHAN bagi kemakmuran masyarakat MBD. Kisar tetap ada sebagai oase di tengah kerinduan anak negeri untuk membangun Kisar maupun MBD yang kita cintai. (***)
Oleh : Theo Rehiraky
RANGKUMAN kata atau kalimat majemuk dari Joto Wawa-Daisuli adalah ’’OKNO WAWAN-DAI HULI’’, yang secara etimologis berarti Anugerah Dari Atas Yang Tidak Rusak. Jika dipandang dari sudut karakterisitik pulau dan keberadaannya, Kisar selalu disebut dalam ajaran tanah sejak leluhur yakni ’’NOHO KUKUTA-RAI KEKEE’’, ’’ILI MEHE LOI-WATU MEHE PALI’’, yang berarti ’’Pulau terpencil, Pulau/tanah sendiri timbul dan terapung’’.
Inilah nama asli Kisar menurut kondisi nyata keberadaannya di zaman dulu sesuai ajaran tanah dan sebutan leluhur saat itu. Bertolak dari zaman batu, zaman prasejarah, dan zaman sejarah, maka Jotowawa-Daisuli mulai dihuni penduduk walaupun saat itu masih bersifat koloni komunitas yang dalam bahasa tanah disebut ’’MAN MAI NOMUN OIR-HARNA AU’’, artinya orang yang datang mencari tempat tinggal.
Akibat eksodus dan mobilisasi penduduk di pulau ini, sebutan Jotowawa mulai tereliminasi di dalam bahasa publik. Kata Jotowawa-Daisuli hanya dipakai dalam forum adat/tradisi. Nama Kisar mulai mengemuka dan dikenal oleh publik dan negara luar, sebutan negara luar mulai dipakai.
Sebutan Kisar bermuara dari kisah kedatangan kapal Vereenigde Ost Compagnie (VOC) bernama Jan de Klein yang dinakhodai Kapten Jan Blime beserta tiga ABK masing-masing Matthijs, Trouwt, dan Jan Dirks. Kapal tersebut tiba di Jotowawa pada pelabuhan alam yang bernama Kiahar pada 9 Juni 1664. Mereka bertanya pada penduduk setempat, yang menghuni Joto saat itu, tentang tempat dan nama pulau ini. Oleh penduduk setempat dijawab ’’KIAHAR’’ sesuai nama pelabuhan alam tersebut. Dan persis saat itu di bibir tebing laut Kiahar/Kiasar dipajang ukiran cap VOC dan pelabuhan Kiasar dan negeri yang merupakan koloni komunitas penduduk masuk dan menghuni pulau ini mulai dikenal .
Mulai 11 Agustus 1664, nama Jotowawa berubah menjadi Kiasar-Kesser-Makisar-Kissar kemudian oleh Resistentie van Banda, pulau ini yang awalnya bernama Jotowawa berubah menjadi Kisar. Nama Kisar kemudian dibukukan VOC dan kontak kerja dengan VOC di Banda (Wasna) mulai terjalin apik.
Sejarah merupakan kisah masa lampau yang perlu disejarahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Praktis generasi saat ini mesti belajar dari pengalaman sejarah masa lampau untuk mempertahankan jati diri dan membangun masa depan. Belajar dari kisah ini, lembaran perjalanan sejarah Kisar terurai sebagai berikut;
- Negeri Joto dan Pelabuhan alam Kiahar-Kiasar mulai berpindah pada 11 Juli 1665 yang dibarengi dengan terbentuknya negeri Woorili Sokolay, dan pelabuhan Here Yulu-Nama Lain, yang sekarang disebut negeri Wonreli, dan Pantai Nama.
-Pada 11 Juli 1665 peletakan batu pertama pusat pemerintahan VOC, benteng Delfshaven yang bertempat di negeri Kota Lama (Dei Mound Van Delfshaven) yang dalam sebutan adat ’’Dimata Dalusama’’.
-Pada 9 Mei 1668 benteng Delfshaven diresmikan VOC sebagai pusat pemerintahan VOC. Pada 16 Mei 1668 Residentie van Banda mengirimkan 16 serdadu VOC di bawah pimpinan Leutnan Abner Rous untuk mengawal pemerintahan di Wonreli (Benteng Delfshaven).
-Ketika VOC mulai berkedudukan di Kisar, terutama di Wonreli, negeri-negeri tua yang masih bersifat koloni mulai membentuk negeri yang disebut Ili Woneme Dara Wooiku yang artinya Negeri 6 bukit dan 7 Tataran. Negeri-negeri tersebut adalah Woorili Sokolay bersama negeri kliennya, Manheri-Mauhara. Negeri-negeri ini yang membentuk etnis Meher dan Oirata (Woirata) di Kisar.
-Pada 15 Mei 1668 peletakan batu pertama Benteng Volenhaven yang merupakan pusat pertahanan dan gudang loji VOC di pantai Nama.
-Pada 15 Mei 1777 Benteng tersebut dijadikan pusat pertahanan guna mengamankan Expansi Christian Carouw yang dimandatkan kepada Komandan Class von Banda dipimpin Letnan Carel van Roosenburg dan wakilnya Kopral serdadu Jems Pieter van Lerck. Benteng tersebut dihuni 126 serdadu VOC yang diutus dari Banda.
-Pada 17 Januari 1783 di Wonreli didirikan gereja tua dan pusat pembaptisan umat sarani secara massal oleh pendeta VOC.
-Pada 12 September 1892, Wonreli dinyatakan oleh Residentie van der Houth sebagai ibu kota Zuid Western Eilanden.
-Dengan didirikannya Benteng Delfshaven, Vollenhaven, gereja tua Wonreli, serta Wonreli dinyatakan sebagai ibu kota dan pusat pemerintahan Zuid Wester Eilanden oleh Residentie van der Houth, roda pemerintahan mulai dilaksanakan oleh VOC di pulau ini dengan membagi pos-pos pembantu di Wetar, Letti, Moa, Romang, Sermatang-Luang, Damer, Tepa/Babar yang semuanya berjumlah 8 Posthouder yang masing-masing dipimpin serdadu VOC.
-Dan pada masa pemerintahan Residentie van der Houth, terbentuklah 8 desa serta 1 desa colonial Die Mound van Delfshaven/Kota Lama di Kisar. Dan pada masa kemerdekaan negeri/desa-desa tersebut disahkan sebagai negeri/desa geonologi di Kisar.
-Pada zaman penjajahan maupun zaman rekapitulasi, Kisar dijadikan sebagai pusat pendidikan, walaupun saat itu pengembangan pendidikan masih serba terbatas.
-Kisar, merupakan pintu gerbang masuk Selatan Daya dan kini merupakan beranda terdepan, batas NKRI dengan Timor Leste. Bertolak dari hamparan sejarah di atas, roda sejarah terus berjalan dan membingkai kisah perjalanan pulau ini. Oleh pemerintah RI dalam menyikapi amanat UU. No. 31 Tahun 2008 tentang Pemekaran Kabupaten MBD, Kisar masih dianugerahi kota penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari (interim) sambil mempersiapkan Tiakur, Moa, sebagai ibu kota definitive MBD.
-Salam Kalwedo juga berkumandang dalam bingkai entitas Kisar yang kurang mengental dengan istilah ini. Meski begitu, Kisar tetap punya peran krusial dalam penyatuan tekad masyarakat MBD di atas tuntunan falsafah ’’Mede Melay Patar Luono’’. Memori pemerintahan MBD disusun dan tercatat dalam bingkai sejarah Kisar, pulau gersang, namun menyejukan dan memberi berkat kehidupan.
Kini, Kabupaten MBD tumbuh dalam semangat Kalwedo. Ayunan langkah masyarakat telah terpatri untuk membangun wilayah itu seirama dengan tuntutan otonomisasi. Kiranya MBD menjadi bingkai sejarah yang pada gilirannya bercerita bagi masyarakat dan gugus Pulau MBD mulai dari Lirang sampai Dawelor-Dawera, bahwa berbeda, tapi tetap satu visi membangun peradaban yang elegan dan toleran. Kisar yang memiliki luas 117,07 Km2 dan berpenghuni lebih dari 15.876 orang pernah menjadi sungai Jordan yang dilalui Ina-Ama, Ama Yai maupun Ina-Nara Ama Hyali guna memasuki Kanaan:tanah yang penuh air susu dan madu. Kelimpahan sumber daya alam (SDA) di darat dan di laut merupakan air susu dan madu yang disiapkan TUHAN bagi kemakmuran masyarakat MBD. Kisar tetap ada sebagai oase di tengah kerinduan anak negeri untuk membangun Kisar maupun MBD yang kita cintai. (***)