HIKAYAT KEDATANGAN ORANG-ORANG AMBON (Bagian 2)
http://www.beritamalukuonline.com/2013/03/ceritera-rakyat-maluku-16-hikayat.html
Ceritera Raja Hitulama
RAJA Hitulama membeberkan tuturan kisah kedatangan orang-orang pertama di Pulau Ambon yang dikemukakan oleh Imam Rijali maupun orang Kaya Hila. Menurutnya orang-orang yang pertama tiba di Pulau Ambon berasal dari pulau Seram yang dipimpin oleh Pati Selang Binaur. Rombongan singgah di pantai Hitu dan seterusnya menetap di sana. Sampai sekarang orang-orang Hitu Lama tetap mengenal ceritera ini.
Raja Hitulama Kila-Keli adalah turunan dari Pati Kawa dari kerajaan Tuban menceriterakan kisah ini demikian: Alkisah Raja Tuban mempunyai enam orang putera dan seorang puteri yang bernama Nyai Mas. Pada suatu hari raja Tuban menyuruh putera bungsu yang bernama Paturi mengambil air dari kendi pusaka miliknya, tetapi tanpa sengaja ia memecahkan kendi pusaka itu sehingga raja menjadi murka.
Paturi kecewa dan ia memohon kepada ibunya supaya diberi izin meninggalkan istananya pergi merantau. Ibunya sangat sedih, ketika mendengar niat anaknya yang tidak dapat lagi dicegah. Berangkatlah Paturi meninggalkan ibunya. Paturi berjalan menuju pantai dan ketika sampai disana duduklah ia diatas pasir. Paturi kemudian berdoa dan berkata bila ia betul-betul keturunan anak raja Tuban, biarlah saat ini ada perahu yang akan membawanya berlayar jauh. Tiba-tiba naiklah dari dalam laut sebuah perahu lengkap dengan peralatannya seperti yang digambarkan oleh Paturi.
Beberapa saat kemudian datanglah utusan dari kedua saudara Pati Kawa dan Nyai Mas memanggilnya pulang tetapi putera bungsu ini tetap bersikeras untuk tidak mau kembali ke rumah. Ia bahkan berkata kepada utusan kedua saudaranya itu bahwa ia sudah siap berangkat meninggalkan Tuban dengan perahunya. Kembalilah utusan itu dan mengabarkan berita tersebut kepada Pati Kawa dan Nyai Mas. Mendengar hal ini keduanya berkemas menuju pantai mnemui saudara bungsunya. Mereka juga ingin berlayar meskipun belum tahu kemana arah tujuan yang akan dituju. Dengan menyiapkan bekal berlayarlah kakak beradik itu. Ketika perahu meninggalkan Tuban sepakatlah mereka untuk berlayar ke arah Timur.
Beberapa waktu kemudian tibalah mereka di Pulau Manipa dekat pulau Buru. Di Manipa turunlah beberapa orang anak buah perahu untuk tinggal di sana. Mereka yang tinggal mendirikan sebuah negeri baru yang dinamakan Tuban sesuai dengan nama asal daerah mereka. Selanjutnya rombongan terus berlayar menuju ke sebuah negeri di jazirah Hitu, yaitu Negeri Lima. Di sana beberapa orang anak buah perahu menetap dan menjadi anak negeri.
Perjalananpun dilanjutkan dan kini tiba di pantai Hitu. Ketika sedang beristirahat di pantai Hitu, turunlah ke darat dua orang anak buah perahu yaitu Tukang dan Sopalio untuk tinggal di sana. Beberapa bulan kemudian tersiarlah berita bahwa kedua orang itu telah diangkat menjadi penasehat di negeri Latea.
Perahu beserta rombongan yang tersisa melanjutkan pelayarannya dan singgah di pantai Hutumuri. Tiba di pantai Hutumuri beberapa dari anak buah perahu turun lagi ke darat untuk mengambil kayu di hutan tetapi mereka juga tidak kembali lagi, sebab telah tinggal membangun sebuah pemukiman baru. Raja pertama di negeri yang baru itu adalah Pati Tunawa.
Perjalanan kembali dilanjutkan dan perahu singgah di pantai pasir Putih negeri Tial dan Negeri Suli. Raja pertama di Pasir Putih adalah Lillobessy dan seorang lain di Suli (namanya tak diketahui). Tiga saudara kandung itu terus melanjutkan perjalanan dan pada suatu hari tibalah mereka di negeri Hatusua (pesisir selatan Seram). Di sini ada lagi anak buah kapal yang turun ke darat dan tidak kembali; yaitu Toma Ela Pelu dan Tahalele yang akhirnya menjadi kepala soa di Mataulu Hulang sebuah Hatusua.
Dari Hatusua perahu terus berlayar dan membuang jangkar di pantai jazirah Hitu. Ketika Pati Kawa naik ke darat bertemulah ia dengan seekor anjing. Anjing itu ditangkapnya dan pada leher binatang itu Pati Kawa menggantungkan bungkusan kecil berisi bawang, lada dan garam dan membiarkan anjing itu masuk ke dalam hutan. Beberapa lama kemudian binatang itu kembali lagi ke pantai dan pada lehernya terkait buah-buahan seperti pisang, jambu dan langsat.
Anjing itu ditangkap oleh seorang inang pengasuh dari Paturi yang bernama Besi selanjutnya menetap di situ setelah mendapat izin dan Tomuwolon raja negeri itu. (Besambung)
(Sumber: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku dan Malut)
RAJA Hitulama membeberkan tuturan kisah kedatangan orang-orang pertama di Pulau Ambon yang dikemukakan oleh Imam Rijali maupun orang Kaya Hila. Menurutnya orang-orang yang pertama tiba di Pulau Ambon berasal dari pulau Seram yang dipimpin oleh Pati Selang Binaur. Rombongan singgah di pantai Hitu dan seterusnya menetap di sana. Sampai sekarang orang-orang Hitu Lama tetap mengenal ceritera ini.
Raja Hitulama Kila-Keli adalah turunan dari Pati Kawa dari kerajaan Tuban menceriterakan kisah ini demikian: Alkisah Raja Tuban mempunyai enam orang putera dan seorang puteri yang bernama Nyai Mas. Pada suatu hari raja Tuban menyuruh putera bungsu yang bernama Paturi mengambil air dari kendi pusaka miliknya, tetapi tanpa sengaja ia memecahkan kendi pusaka itu sehingga raja menjadi murka.
Paturi kecewa dan ia memohon kepada ibunya supaya diberi izin meninggalkan istananya pergi merantau. Ibunya sangat sedih, ketika mendengar niat anaknya yang tidak dapat lagi dicegah. Berangkatlah Paturi meninggalkan ibunya. Paturi berjalan menuju pantai dan ketika sampai disana duduklah ia diatas pasir. Paturi kemudian berdoa dan berkata bila ia betul-betul keturunan anak raja Tuban, biarlah saat ini ada perahu yang akan membawanya berlayar jauh. Tiba-tiba naiklah dari dalam laut sebuah perahu lengkap dengan peralatannya seperti yang digambarkan oleh Paturi.
Beberapa saat kemudian datanglah utusan dari kedua saudara Pati Kawa dan Nyai Mas memanggilnya pulang tetapi putera bungsu ini tetap bersikeras untuk tidak mau kembali ke rumah. Ia bahkan berkata kepada utusan kedua saudaranya itu bahwa ia sudah siap berangkat meninggalkan Tuban dengan perahunya. Kembalilah utusan itu dan mengabarkan berita tersebut kepada Pati Kawa dan Nyai Mas. Mendengar hal ini keduanya berkemas menuju pantai mnemui saudara bungsunya. Mereka juga ingin berlayar meskipun belum tahu kemana arah tujuan yang akan dituju. Dengan menyiapkan bekal berlayarlah kakak beradik itu. Ketika perahu meninggalkan Tuban sepakatlah mereka untuk berlayar ke arah Timur.
Beberapa waktu kemudian tibalah mereka di Pulau Manipa dekat pulau Buru. Di Manipa turunlah beberapa orang anak buah perahu untuk tinggal di sana. Mereka yang tinggal mendirikan sebuah negeri baru yang dinamakan Tuban sesuai dengan nama asal daerah mereka. Selanjutnya rombongan terus berlayar menuju ke sebuah negeri di jazirah Hitu, yaitu Negeri Lima. Di sana beberapa orang anak buah perahu menetap dan menjadi anak negeri.
Perjalananpun dilanjutkan dan kini tiba di pantai Hitu. Ketika sedang beristirahat di pantai Hitu, turunlah ke darat dua orang anak buah perahu yaitu Tukang dan Sopalio untuk tinggal di sana. Beberapa bulan kemudian tersiarlah berita bahwa kedua orang itu telah diangkat menjadi penasehat di negeri Latea.
Perahu beserta rombongan yang tersisa melanjutkan pelayarannya dan singgah di pantai Hutumuri. Tiba di pantai Hutumuri beberapa dari anak buah perahu turun lagi ke darat untuk mengambil kayu di hutan tetapi mereka juga tidak kembali lagi, sebab telah tinggal membangun sebuah pemukiman baru. Raja pertama di negeri yang baru itu adalah Pati Tunawa.
Perjalanan kembali dilanjutkan dan perahu singgah di pantai pasir Putih negeri Tial dan Negeri Suli. Raja pertama di Pasir Putih adalah Lillobessy dan seorang lain di Suli (namanya tak diketahui). Tiga saudara kandung itu terus melanjutkan perjalanan dan pada suatu hari tibalah mereka di negeri Hatusua (pesisir selatan Seram). Di sini ada lagi anak buah kapal yang turun ke darat dan tidak kembali; yaitu Toma Ela Pelu dan Tahalele yang akhirnya menjadi kepala soa di Mataulu Hulang sebuah Hatusua.
Dari Hatusua perahu terus berlayar dan membuang jangkar di pantai jazirah Hitu. Ketika Pati Kawa naik ke darat bertemulah ia dengan seekor anjing. Anjing itu ditangkapnya dan pada leher binatang itu Pati Kawa menggantungkan bungkusan kecil berisi bawang, lada dan garam dan membiarkan anjing itu masuk ke dalam hutan. Beberapa lama kemudian binatang itu kembali lagi ke pantai dan pada lehernya terkait buah-buahan seperti pisang, jambu dan langsat.
Anjing itu ditangkap oleh seorang inang pengasuh dari Paturi yang bernama Besi selanjutnya menetap di situ setelah mendapat izin dan Tomuwolon raja negeri itu. (Besambung)
(Sumber: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Maluku dan Malut)